A. Perilaku Attending
Perilaku
attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak
mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat :
- Meningkatkan harga diri klien.
- Menciptakan suasana yang aman
3. Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan
bebas.
Contoh
perilaku attending yang baik :
►
Kepala : melakukan anggukan jika setuju
►
Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum
►
Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien
agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
►
Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan
sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.
►
Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai,
diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Contoh
perilaku attending yang tidak baik :
► Kepala : kaku
►
Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien
sedang bicara, mata melotot.
►
Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh,
duduk kurang akrab dan berpaling.
►
Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi
kesempatan klien berfikir dan berbicara.
► Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh
gangguan luar.
B. Empati
Empati ialah
kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan
berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan
sejalan dengan perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk
empati.
Terdapat dua macam empati, yaitu :
Terdapat dua macam empati, yaitu :
1. Empati primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami
perasaan, pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat
dan terbuka.Contoh ungkapan empati primer :” Saya dapat merasakan bagaimana
perasaan Anda”. ” Saya dapat memahami pikiran Anda”.” Saya mengerti keinginan
Anda”.
2. Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor
terhadap perasaan, pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan
menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan
konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi
hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk
penderitaannya.
Contoh ungkapan empati tingkat
tinggi : Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan saya ikut terluka
dengan pengalaman Anda itu”.
C. Refleksi
Refleksi
adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran,
dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non
verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi,
yaitu :
1. Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat
memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal
dan non verbal klien. Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan adalah ….”
2. Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan
pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal
klien.Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan…”
3. Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman
klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.
Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan suatu…”
D. Eksplorasi
Eksplorasi
adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini
penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri,
atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan klien
untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam. Seperti halnya
pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis
dalam teknik eksplorasi, yaitu :
1. Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan
klien yang tersimpan. Contoh :” Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung
yang dimaksudkan ….”
2. Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran,
dan pendapat klien. Contoh : ” Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut
ide Anda tentang sekolah sambil bekerja”.
3. Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk
menggali pengalaman-pengalaman klien. Contoh :” Saya terkesan dengan pengalaman
yang Anda lalui Namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman
tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda”
E. Menangkap Pesan
(Paraphrasing)
Menangkap
Pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau initi
ungkapan klien dengan teliti mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan
kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal :
adakah atau nampaknya, dan mengamati respons klien terhadap konselor.
Tujuan
paraphrasing adalah :
(1) untuk
mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor bersama dia dan berusaha untuk
memahami apa yang dikatakan klien;
(2)
mengendapkan apa yang dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan ;
(3) memberi
arah wawancara konseling; dan
(4) pengecekan
kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan klien.
Contoh dialog :
Klien : ” Itu suatu pekerjaan
yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya. Saya tidak tahu mengapa
demikian ? ”
Konselor : ” Tampaknya Anda masih ragu.”
Konselor : ” Tampaknya Anda masih ragu.”
F. Pertanyaan Terbuka
(Opened Question)
Pertanyaan
terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa agar mau berbicara mengungkapkan
perasaan, pengalaman dan pemikirannya dapat digunakan teknik pertanyaan terbuka
(opened question). Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata
tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan klien,
jika dia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik
gunakan kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dapatkah.
Contoh : ” Apakah Anda merasa ada
sesuatu yang ingin kita bicarakan ? ”
G. Pertanyaan Tertutup
(Closed Question)
Dalam
konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka, dalam hal-hal
tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan
kata Ya atau Tidak atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup
untuk : (1) mengumpulkan informasi; (2) menjernihkan atau memperjelas sesuatu;
dan (3) menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang jauh.
Contoh dialog :
Klien : ”Saya berusaha meningkatkan
prestasi dengan mengikuti belajar kelompok yang selama ini belum pernah saya
lakukan”.
Konselor: ”Biasanya Anda
menempati peringkat berapa ? ”.
Klien : ” Empat ”
Konselor: ” Sekarang berapa ? ”
Klien : ” Sebelas ”
H. Dorongan minimal
(Minimal Encouragement)
Dorongan
minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat
terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan menggunakan ungkapan
: oh…, ya…., lalu…, terus….dan…
Tujuan
dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar pembicaraan
mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat klien akan mengurangi atau
menghentikan pembicaraannya dan pada saat klien kurang memusatkan pikirannya
pada pembicaraan atau pada saat konselor ragu atas pembicaraan klien.
Contoh dialog :
Klien : ” Saya putus asa… dan
saya nyaris… ” (klien menghentikan pembicaraan)
Konselor: ” ya…”
Klien : ” nekad bunuh diri”
Konselor: ” lalu…”
I. Interpretasi
Yaitu teknik
untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan merujuk pada
teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor, dengan tujuan untuk memberikan
rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil
rujukan baru tersebut.
Contoh dialog :
Klien : ” Saya pikir dengan
berhenti sekolah dan memusatkan perhatian membantu orang tua merupakan bakti
saya pada keluarga, karena adik-adik saya banyak dan amat membutuhkan biaya.”
Konselor : ” Pendidikan tingkat
SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi semua warga negara. Terutama hidup di
kota besar
seperti Anda. Karena tantangan masa depan makin banyak, maka dibutuhkan manusia
Indonesia
yang berkualitas. Membantu orang tua memang harus, namun mungkin disayangkan
jika orang seperti Anda yang tergolong akan meninggalkan SMA”.
J. Mengarahkan (Directing)
Yaitu teknik
untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya menyuruh klien
untuk bermain peran dengan konselor atau menghayalkan sesuatu.
Klien : ” Ayah saya sering
marah-marah tanpa sebab. Saya tak dapat lagi menahan diri.
Akhirnya terjadi pertengkaran
sengit.”
Konselor : ” Bisakah Anda
mencobakan di depan saya, bagaimana sikap dan kata-kata ayah Anda jika memarahi
Anda.”
K. Menyimpulkan Sementara
(Summarizing)
Yaitu teknik
untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah pembicaraan semakin
jelas. Tujuan menyimpulkan sementara adalah untuk :
(1) memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik
dari hal-hal yang telah dibicarakan;
(2) menyimpulkan kemajuan hasil
pembicaraan secara bertahap;
(3) meningkatkan kualitas
diskusi;
(4) mempertajam fokus pada
wawancara konseling.
Contoh :
” Setelah kita berdiskusi
beberapa waktu alangkah baiknya jika simpulkan dulu agar semakin jelas hasil
pembicaraan kita. Dari materi materi pembicaraan yang kita diskusikan, kita
sudah sampai pada dua hal: pertama, tekad Anda untuk bekerja sambil kuliah
makin jelas; kedua, namun masih ada hambatan yang akan hadapi, yaitu : sikap
orang tua Anda yang menginginkan Anda segera menyelesaikan studi, dan waktu
bekerja yang penuh sebagaimana tuntutan dari perusahaan yang akan Anda masuki.”
TERIMAKASIH POSTINGAN SANGAT MEMBANTU SAYA
BalasHapus