A. Memimpin (leading)
Yaitu teknik
untuk mengarahkan pembicaraan dalam wawancara konseling sehingga tujuan
konseling .
Contoh dialog :
Klien :” Saya mungkin berfikir
juga tentang masalah hubungan dengan pacar. Tapi bagaimana ya?”
Konselor : ” Sampai ini
kepedulian Anda tertuju kuliah kuliah sambil bekerja. Mungkin Anda tinggal
merinci kepedulian itu. Mengenai pacaran apakah termasuk dalam kerangka
kepedulian Anda juga ?”
B. Fokus
Yaitu teknik
untuk membantu klien memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan. Pada umumnya
dalam wawancara konseling, klien akan mengungkapkan sejumlah permasalahan yang
sedang dihadapinya. Oleh karena itu, konselor seyogyanya dapat membantu klien
agar dia dapat menentukan apa yang fokus masalah. Misalnya dengan mengatakan :
” Apakah tidak sebaiknya jika
pokok pembicaraan kita berkisar dulu soal hubungan Anda dengan orang tua yang
kurang harmonis ”.
Ada beberapa yang dapat
dilakukan, diantaranya :
Fokus pada diri klien. Contoh : ” Tanti, Anda tidak yakin apa yang
akan Anda lakukan”.
Fokus pada orang lain. Contoh : ” Roni, telah membuat kamu
menderita, Terangkanlah tentang dia dan apa yang telah dilakukannya ?”
Fokus pada topik. Contoh : ” Pengguguran kandungan ? Kamu
memikirkan aborsi ? Pikirkanlah masak-masak dengan berbagai pertimbangan”.
Fokus mengenai budaya. Contoh: ” Mungkin budaya menyerah dan
mengalah pada laki-laki harus diatas sendiri oleh kaum wanita. Wanita tak boleh
menjadi obyek laki-laki.”
C. Konfrontasi
Yaitu teknik
yang menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi antara perkataan dengan
perbuatan atau bahasa badan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan
kepedihan, dan sebagainya.
Tujuannya adalah :
(1) mendorong klien mengadakan
penelitian diri secara jujur;
(2) meningkatkan potensi klien;
(3) membawa
klien kepada kesadaran adanya diskrepansi; konflik, atau kontradiksi dalam dirinya.
Penggunaan
teknik ini hendaknya dilakukan secara
hati-hati, yaitu dengan :
(1) memberi komentar khusus terhadap klien yang tidak
konsisten dengan cara dan waktu yang tepat;
(2) tidak menilai apalagi
menyalahkan;
(3) dilakukan dengan perilaku
attending dan empati.
Contoh dialog :
Klien : ” Saya baik-baik
saja”.(suara rendah, wajah murung, posisi tubuh gelisah).”
Konselor :” Anda mengatakan baik-baik saja, tapi kelihatannya ada yang tidak beres”.
Konselor :” Anda mengatakan baik-baik saja, tapi kelihatannya ada yang tidak beres”.
”Saya melihat ada perbedaan
antara ucapan dengan kenyataan diri ”.
D. Menjernihkan
(Clarifying)
Yaitu teknik
untuk menjernihkan ucapan-ucapan klien yang samar-samar, kurang jelas dan agak
meragukan.
Tujuannya
adalah :
(1) mengundang klien untuk menyatakan pesannya dengan
jelas, ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis,
(2) agar klien menjelaskan,
mengulang dan mengilustrasikan perasaannya.
Contoh dialog :
Klien : ” Perubahan yang terjadi
di keluarga saya membuat saya bingung. Saya tidak mengerti siapa yang menjadi
pemimpin di rumah itu.”
Konselor : ”Bisakah Anda
menjelaskan persoalan pokoknya ? Misalnya peran ayah, ibu, atau saudara-saudara
Anda.”
E. Memudahkan
(facilitating)
Yaitu teknik
untuk membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan
menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas. Contoh :
” Saya yakin Anda akan berbicara apa adanya, karena saya akan mendengarkan dengan sebaik-baiknya.”
” Saya yakin Anda akan berbicara apa adanya, karena saya akan mendengarkan dengan sebaik-baiknya.”
F. Diam
Teknik diam
dilakukan dengan cara attending, paling lama 5 – 10 detik, komunikasi yang terjadi
dalam bentuk perilaku non verbal.
Tujuannya
adalah :
(1) menanti klien sedang
berfikir;
(2) sevagai protes jika klien
ngomong berbelit-belit;
(3) menunjang perilaku attending
dan empati sehingga klien babas bicara.
Contoh dialog :
Klien :”Saya tidak senang dengan
perilaku guru itu”
Konselor :”…………..” (diam)
Klien :” Saya..harus bagaimana..,
Saya.. tidak tahu..
Konselor :”…………..” (diam)
G. Mengambil Inisiatif
Teknik ini
dilakukan manakala klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan
kurang parisipatif. Konselor mengajak klien untuk berinisiatif dalam
menuntaskan diskusi.
Teknik ini
bertujuan :
(1) mengambil inisiatif jika
klien kurang semangat;
(2) jika klien lambat berfikir
untuk mengambil keputusan;
(3) jika klien kehilangan arah pembicaraan.
Contoh:
” Baiklah, saya pikir Anda
mempunyai satu keputusan namun masih belum keluar. Coba Anda renungkan
kembali”.
G. Memberi Nasehat
Pemberian
nasehat sebaiknya dilakukan jika klien memintanya. Walaupun demikian, konselor
tetap harus mempertimbangkannya apakah pantas untuk memberi nasehat atau tidak.
Sebab dalam memberi nasehat tetap dijaga agar tujuan konseling yakni
kemandirian klien harus tetap tercapai.
Contoh respons
konselor terhadap permintaan klien : ” Apakah hal seperti ini pantas saya untuk
memberi nasehat Anda ? Sebab, dalam hal seperti ini saya yakin Anda lebih
mengetahuinya dari pada saya.”
H. Pemberian informasi
Sama halnya
dengan nasehat, jika konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dengan jujur
katakan bahwa dia mengetahui hal itu. Kalau pun konselor mengetahuinya,
sebaiknya tetap diupayakan agar klien mengusahakannya.
Contoh :
” Mengenai berapa biaya masuk ke
Universitas Pendidikan Indonesia,
saya sarankan Anda bisa langsung bertanya ke pihak UPI atau Anda berkunjung ke
situs www.upi.com di internet”.
I. Merencanakan
Teknik ini
digunakan menjelang akhir sesi konseling untuk membantu agar klien dapat
membuat rencana tindakan (action), perbuatan yang produktif untuk kemajuan
klien.
Contoh :
” Nah, apakah tidak lebih baik
jika Anda mulai menyusun rencana yang baik berpedoman hasil pembicaraan kita
sejak tadi ”
J. Menyimpulkan
Teknik ini
digunakan untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut : (1) bagaimana
keadaan perasaan klien saat ini, terutama mengenai kecemasan;
(2) memantapkan rencana klien;
(3) pemahaman baru klien; dan
(4) pokok-pokok yang akan dibicarakan selanjutnya
pada sesi berikutnya, jika dipandang masih perlu dilakukan konseling lanjutan.